"Salah satu penerapannya kami telah menetapkan peraturan Bupati nomor 24 tahun 2018 tentang Action Plan Tourism".
Merdeka.com, Tabanan - Keseriusan Pemkab Tabanan dalam menggarap kawasan Nikosake (Nira, Kopi, Salak dan Kelapa) kembali berlanjut. Kali ini Kawasan Nikosake diimplementasikan konsepnya untuk pertama kali mulai dari Desa Lumbung Kauhdengan melakukan Launching dan Focus Group Discussion (FGD) pengembangan Desa Wisata Lumbung Kauh melalui pemberdayaan masyarakat berbasis pengolahan kelapa (Coconut Industries Tourism), Kamis (12/7) di Balai Banjar Delod Ceking, Selemadeg Barat.
Acara ini merupakan lanjutan kick off dan workshop konsolidasi internal pengembangan agribisnis terintegrasi berbasis kearifan lokal dan pariwisata yang telah sebelumnya dilaksanakan.
Acara dibuka secara langsung oleh Asisten II Kabupaten Tabanan I Wayan Miarsana dan ditandai dengan pemukulan gong. Hadir dalam acara tersebut Kepala Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan (Bapelitbang) Tabanan,Ida Bagus Wiratmaja yang sekaligus memimpin jalannya acara dan Direktur Perusahaan Daerah Dharma Santika (PDDS),I Putu Sugi Darmawan.
Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Wayan Miarsana menjelaskan salah satu strategi dalam mewujudkan ‘Tabanan Serasi’sesuai perda 11 tahun 2017 tentang RPJMD 2016-2021 adalah menggerakkan ekonomi kerakyatan melalui pemberdayaan masyarakat berbasis usaha pertanian dan pariwisata.
"Salah satu penerapannya kami telah menetapkan peraturan Bupati nomor 24 tahun 2018 tentang Action Plan Tourism Models melalui pengembangan agribisnis terintegrasi berbasis kearifan lokal dan pariwisata di kawasan Nikosake," ungkapnya.
Diharapkan Perbub ini dijadikan rujukan pula dalam mengembangkan Desa Wisata Lumbung Kauh dan empat desa dikawasan Nikosake lainnya yakni Desa Wanagiri, Belimbing, Sanda dan Munduktemu agar segera mengimplementasikan dalam bentuk kerangka acuan kerja maupun petunjuk teknis.
"Diharapkan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dapat mencapai sasaran utama yaitu meningkatkan pendapatan masyarakat di kawasan ini. Untuk mewujudkan semua itu tidak mudah, diperlukan komitmen, fokus dan semangat yang tinggi bagi seluruh pemangku kepentingan," imbuhnya.
Panitia Penyelenggara,I Gede Alit Yasa dalam laporannya menyampaikan tujuan dari kegiatan ini antara lain untuk mensosialisasikan kepada seluruh elemen masyarakat bahwa ada program baru yang disebut Discovery Nikosake sebagai kawasan Pengembangan agribisnis terintegrasi berbasis kearifan lokal dan pariwisata. Serta telah ditindaklanjuti mulai dari Desa Lumbung Kauh sebagai Desa Wisata.
"Mohon dukungan dan masukan dari seluruh stakeholders dalam merencanakan Kerangka Acuan Kerja (KAK) membangun desa wisata melalui pemberdayaan masyarakat berbasis industry pengolahan kelapa yang akan dibahas dalam forum FGD," ungkapnya.
Adapun kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan secara garis besarnya meliputi pembahasan persiapan, pelaksanaan dan monev serta rencana aksi pengembangan desa wisata melalui pemberdayaan masyarakat berbasis industri pengolahan kelapa.
Sementara itu Ida Bagus Wiratmaja, mengungkapkan apresiasinya kepada Desa Lumbung Kauh yang bekerja keras untuk menyusun proposal dengan baik sehingga akhirnya terpilih sebagai desa wisata. Dikatakannya Desa Lumbung Kauh memiliki banyak potensi alam namun untuk saat ini diharapkan fokus kepada pengolahan kelapa.
"Potensi yang terbesar yakni Kelapa. kami juga bekerja sama dengan Bumda. Nantinya hasil dari Desa ini akan dikelola oleh BUMDA, sehingga kelompok tinggal memproduksinya saja," ungkapnya.
Menurutnya, meski Desa Lumbung memiliki potensi yang sangat besar dengan pendidikan yang tinggi, namun berdasar hasil data statistik Desa ini masih tinggi tingkat kemiskinannya. Maka ini angka ini perlu dientaskan. Pihaknya menambahkan, Lumbung Kauh sudah dijadikan Desa Wisata, sudah ada Surat Keputusan dari Bupati. Maka dari itu untuk mensukseskan dan menggerakkan Desa Wisata ini diharapkan dukungan dari semua pihak khususnya generasi muda.