Di sini dirinya mengatakan akan mendaur ulang sampah plastik (non organik) dan mengkombinasikan dengan kulit gerabah (organik).
Merdeka.com, Tabanan - Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan peningkatan kemampuan ekonomi mereka. Volume sampah di Bali, khususnya di Tabanan pun ikut meningkat. Celakanya, peningkatan volume sampah secara umum itu ternyata diikuti oleh peningkatan jumlah sampah plastik. Dimana jenis sampah ini berbahaya bagi lingkungan dan manusia. Hal itu diungkapkan oleh Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti didampingi Jero Subagiya saat menerima audiensi dengan PT Hasura Mitra Gemilang, Selasa(15/5) di ruang kerjanya.
Tjoeng Lukito selaku Direktur PT. Hasuna Mitra Gemilang (perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan sampah) menyampaikan niatnya untuk bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Tabanan untuk membangun pabrik pendaur ulang kembali sampah, khususnya sampah plastik. Di sini dirinya mengatakan akan mendaur ulang sampah plastik (non organik) dan mengkombinasikan dengan kulit gerabah (organik).
Dipilihnya Tabanan karena Tabanan merupakan ikon lumbung padi sehingga semakin mudah untuk mendapatkan bahan baku yaitu kulit gerabah itu sendiri, serta di Tabanan juga memiliki sampah plastik yang banyak. "Dengan mendaur ulang kembali sampah ini, tidak hanya mengurangi sampah plastik tetapi dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan peralatan rumah serta memiliki nilai tinggi, seperti gazebo, meja, tempat sampah, pot," katanya.
"Diharapkan nantinya dapat meningkatkan taraf hidup orang banyak, dengan mengelola dan mendaur ulang kembali sampah sehingga dapat berguna dan memiliki nilai jual yang tinggi, sambung Lukito," katanya menambahkan.
Bupati Tabanan yang akrab disapa Eka menyambut baik serta mengapresiasi gagasan ini, dimana selama ini peningkatan jumlah sampah di Tabanan dari hari ke hari kian mencemaskan. Apalagi sampah plastik yang mengandung bahan-bahan kimiawi berbahaya dan baru bisa terurai setelah ratusan tahun lamanya.
Meningkatnya penggunaan sampah plastik, terutama karena kebiasaan penggunaan kantong plastik atau tas kresek di toko, warung, pusat perbelanjaan dan supermarket. Produk-produk barang konsumen juga banyak yang dikemas dengan plastik, bahkan plastik yang berlapis aluminium (aluminium foil) yang butuh ratusan tahun untuk mengurainya.
"Masyarakat sudah dibuat nyaman dengan kantong plastik, dimana kurang kesadaran akan bahaya dari plastik itu sendiri," terang Eka.
Kini, hampir di setiap Kabupaten/Kota di Bali, khususnya di Tabanan sudah terdapat bank sampah. Baik yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat maupun lembaga. Selain melakukan daur ulang, bank sampah juga memproses sampah untuk dipakai sebagai kompos.
Orang nomer satu di Tabanan ini berharap nantinya perusahaan ini bisa menghasilkan produk yang bisa diterima masyarakat dan bermanfaat bagi masyarakat Tabanan. Diharapkan juga hasil itu bisa bisa dipromosikan di BUMDA Tabanan melalui kerjasama.
"Saya harap hasilnya nanti bisa diterima dan bermanfaat bagi masyarakat. Sehingga nantinya bisa dipromosikan di BUMDA Tabanan, dan BUMDA bisa mempromosikan hasil dari daur ulang itu kepada masyarakat umum, baik di Tabanan maupun di luar Tabanan," kata Eka.